Kepada publik, Wakil Sekretaris
Jenderal (Sekjen) Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Golkar itu sendiri,
telah menyatakan kesiapannya untuk berkompetisi maju dalam pemilihan
Walikota Depok. Banyak kelompok masyarakat yang memintanya. Tapi,
semuanya tergantung kepada keputusan partai. Jika diberi mandat oleh
Golkar, Nurul siap berkompetisi.
“Saya siap, jika memang itu sudah
merupakan satu keputusan dari partai. Semuanya yang menentukan adalah
partai. Percuma saya ngotot, tapi tidak ada dukungan dan restu dari
partai," ujar perempuan yang bernama lengkap, Nurul Qomaril Arifin ini
kepada politikindonesia.com, Rabu (03/09).
Apa visi Nurul dalam memimpin kota
bermaskot Belimbing Dewa itu nanti? “Depok itu domisili saya. Depok
adalah kota periferi. Keberadaannya sangat penting bagi Jakarta. Oleh
karena itu penting bagi warga Depok untuk menjadi bagian dari kemajuan
DKI,” ujar lulusan pasca sarjana FISIP Universitas Indonesia ini.
Kepada Elva Setyaningrum, perempuan
kelahiran, Bandung 18 Juli 1966 ini mengungkapkan alasannya ingin
menjadi walikota dan visi, misi yang akan dijalankan jika keinginan itu
terwujud. Berikut petikan wawancaranya.
Anda terlihat begitu yakin untuk maju menjadi calon Walikota Depok, padahal partai belum meminta kesediaan?
Saya yakin dan siap karena dilandasi
oleh usulan dan permintaan dari beberapa kelompok dan tokoh masyarakat
Kota Depok agar saya mau mengikuti Pemilu Kepala Daerah Kota Depok tahun
depan. Tapi, semua itu saya kembalikan ke partai. Kalau memang diminta
saya pasti siap. Saat ini saya masih menunggu keputusan partai sebagai
pemegang otoritas penunjukan. Jadi, tunggu saja sampai partai mengajukan
nama calon resmi.
Apa alasan Anda tertarik menjadi kepala daerah, khususnya walikota?
Memang, saya lebih tertarik memilih
jadi Walikota Depok ketimbang Gubernur Jawa Barat. Dalam pandangan saya,
menjadi kepala daerah itu memang baiknya menjadi bupati atau walikota.
Karena pada kedua posisi itulah yang memiliki wilayah kekuasaan. Kalau
menjadi gubernur sifatnya hanya koordinator dan wakil pemerintah pusat.
Jadi, tingkat keberhasilan dalam memimpin bisa langsung terlihat jika di
kota atau kabupaten maju.
Mengapa Anda memilih Kota Depok?
Depok itu adalah domisili saya. Saya
memiliki cita-cita untuk membangun Kota Depok, sebagai salah satu kota
metropolis yang ideal. Depok juga kota satelit bagi ibukota Jakarta.
Oleh karena itu penting bagi warga Depok untuk menjadi bagian dari
kemajuan ibukota.
Seberapa besar peluang Anda menjadi kandidat tunggal yang diajukan Golkar?
Saya belum tahu petanya soal itu.
Pilkadanya saja masih 1 tahun. Jadi, apapun masih bisa terjadi. Saya
harus lihat dulu respon masyarakatnya seperti apa.
Kabarnya Anda mendapat halangan dari internal Dewan Pimpinan Daerah (DPD) I Golkar Kota Depok, tanggapan Anda?
Saya tahu, di DPD Golkar Depok ada
yang tidak setuju dengan rencana majunya saya. Bahkan, mereka tidak akan
meloloskan saya sebagai kandidat Walikota Depok. Alasannya, saya
dianggap tidak memiliki kontribusi apa-apa untuk Golkar Depok serta
konstituennya di sana. Itu kan pemikiran mereka. Hal itu saya anggap
biasa terjadi di internal partai. Intinya, saat ini saya hanya tinggal
menunggu ketetapan dan mandat dari Partai Golkar.
Sebenarnya apa cita-cita Anda untuk Kota Depok?
Saya ingin membangun Depok lebih baik
lagi. Sebagai salah satu wilayah di Provinsi Jawa Barat yang berbatasan
langsung dengan ibu kota Jakarta, Depok harus menjadi bagian dari
kemajuan Jakarta.
Saya memiliki cita--cita untuk membangun Depok, sebagai salah satu kota metropolis yang ideal, asri dan indah.
Depok jangan lagi menjadi kota yang
tertinggal dalam pembangunan dan kemajuannya. Kota Depok harus
ditingkatkan keterkenalannya sebagai kota pendidikan. Kota yang dulunya
asri harus dikembalikan hijau dan tertata. Publik space harus
digalakkan. Pembangunan harus berorientasi ramah lingkungan.